Home News Januari, Perdagangan RI dengan Tiongkok Turun Paling Besar

Januari, Perdagangan RI dengan Tiongkok Turun Paling Besar

0
SHARE
Kapal membawa peti kemas di kawasan Pelabuhan Bongkar Muat Tanjung Priok milik Pelindo II, Jakarta, Kamis (28/11/2019). Presiden Joko Widodo meminta untuk segera meningkatkan ekspor dibandingkan impor guna mengatasi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/ama.

Matanurani, Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 kembali mengalami defisit US$ 864,2 juta. Defisit ini disebabkan sektor migas sebesar US$ 1,18 miliar, walaupun sektor nonmigas surplus US$ 0,32 miliar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto memaparkan, nilai ekspor Indonesia pada Januari 2020 mencapai US$ 13,41 miliar, turun 7,16 persen dibandingkan Desember 2019 yang mencapai US$ 14,45 miliar. Demikian juga dibanding Januari 2019 yang turun 3,71 persen. Sementara untuk nilai impor Januari 2020 mencapai US$ 14,28 miliar, turun 1,60 persen dibandingkan Desember 2019 yang mencapai US$ 14,51 miliar. Demikian pula dibanding Januari 2019 turun 4,78 persen.

Meski dampak wabah virus korona terhadap volume perdagangan Indonesia dengan Tiongkok diprediksi baru akan terlihat secara signifikan mulai Februari 2020, namun di Januari 2020 sudah mulai terjadi penurunan perdagangan, baik ekspor maupun impor.

Suhariyanto menyampaikan, penurunan terbesar ekspor nonmigas dari Indonesia pada Januari 2020 dibandingkan Desember 2019 adalah ke Tiongkok yang turun sebesar US$ 211,9 juta, baru setelah itu India turun 166,9 juta, Malaysia turun 165,5 juta, Vietnam turun 149,9 juta, dan Korea Selatan turun 57,3 juta.

“Menurut komoditi utama HS 2 digit, ekspor dari Indonesia ke Tiongkok yang mengalami penurunan (month-to-month/mom) antara lain lemak dan minyak hewan/nabati turun 65,58 persen, bijih, terak, dan abu logam turun 75,81 persen, berbagai produk kimia turun 2,94 persen, bahan kimia organik turun 28,27 persen, lalu ikan dan udang turun 36,46 persen. Secara umum total ekspor ke Tiongkok turun 12,07 persen,” papar Suhariyanto, di gedung BPS, Jakarta, Senin (17/2).

Kinerja impor dari Tiongkok ke Indonesia juga mengalami penurunan. Pada Januari 2020, impor dari Tiongkok adalah yang paling besar mengalami penurunan hingga US$ 125,2 juta. Penurunan impor juga terjadi dari Thailand sebesar US$ 104,5 juta, Australia US$ 86,9 juta, Oman US$ 60,8 juta, lalu dengan Taiwan yang turun US$ 50,7 juta.

Menurut komoditi utama HS 2 digit, impor Indonesia dari Tiongkok yang mengalami penurunan (m-to-m) antara lain mesin-mesin/pesawat mekanik yang turun 11,24 persen, mesin/peralatan listrik turun 1,79 persen, besi dan baja turun 10,97 persen, benda-benda dari besi dan baja turun 0,17 persen, dan buah-buahan turun 78,88 persen. Secara umum, total impor dari Tiongkok turun 2,71 persen.

Sementara bila dibandingkan dengan Januari 2019, kinerja ekpor Indonesia ke Tiongkok pada Januari 2020 mengalami peningkatan 17,23 persen, sedangkan impor dari Tiongkok turun 3,94 persen.

“Meskipun banyak analisis dari World Bank yang mengatakan penurunan ekonomi 1 persen di Tiongkok akan memengaruhi ekonomi Indonesia hingga 0,3 persen, tetapi itu kan baru simulasi. Untuk melihat dampak sebenarnya, kita akan melihat data perdagangan di bulan-bulan berikutnya,” kata Suhariyanto.

Pada Januari 2020, Tiongkok masih menjadi pangsa ekspor nonmigas terbesar Indonesia yang mencapai 16,69 persen, disusul Amerika Serikat 12,84 persen dan Jepang 8,88 persen. Pangsa impor nonmigas terbesar juga dari Tiongkok sebesar 32,11 persen, disusul Jepang 8,90 persen dan Singapura 6,42 persen.(Bes).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here