Home Internasional WHO: Jangan Longgarkan Pembatasan Terlalu Cepat

WHO: Jangan Longgarkan Pembatasan Terlalu Cepat

0
SHARE

Matanurani, Jenewa – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan pemerintah di seluruh dunia agar tidak melonggarkan pembatasan Covid-19 terlalu cepat.

Seperti dilaporkan Al Jazeera, Selasa (6/7), WHO menegaskan pandemi Covid-19 belum berakhir sehingga ketergesaan untuk kembali ke normal justru memicu kekhawatiran penyebaran varian Delta.

Berbicara pada konferensi pers pada Senin (5/7), pakar darurat badan kesehatan PBB Mike Ryan mengatakan gelombang infeksi baru dapat segera terjadi. Dia mencatat bahwa untuk sebagian besar dunia, pandemi baru saja dimulai.

“Semua negara di Amerika, kami masih memiliki hampir satu juta kasus seminggu. Dan hal yang sama di Eropa, dengan setengah juta kasus seminggu. Bukannya pandemi ini telah hilang. Ini belum berakhir,” tambah Ryan.

Pekan lalu, direktur WHO Afrika telah memperingatkan bahwa “kecepatan dan skala” gelombang ketiga Covid-19 di benua itu tidak seperti yang pernah dilihat sebelumnya.

“Kasus Covid-19 meningkat dua kali lipat setiap tiga minggu, dibandingkan dengan setiap empat minggu pada awal gelombang kedua,” kata Matshidiso Moeti dalam briefing.

Pada hari yang sama WHO mengeluarkan peringatan, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson justru mengumumkan bahwa sebagian besar pembatasan Covid-19 di negara itu akan dicabut dalam dua minggu.

“Jika tidak dapat membuka kembali masyarakat kita dalam beberapa minggu ke depan ketika kita akan terbantu dengan datangnya musim panas dan liburan sekolah, maka kita harus bertanya pada diri sendiri, kapan kita bisa kembali normal,” kata Johnson kepada wartawan pada Senin.

PM Johnson mengakui akan ada lebih banyak kasus infeksi Covid-19, tetapi orang perlu belajar untuk hidup dengan virus.

Namun, Asosiasi Medis Inggris (BMA) telah menyatakan keprihatinannya tentang penghapusan semua pembatasan terkait virus corona pada 19 Juli mengingat lonjakan varian Delta dan peningkatan infeksi 74% pada minggu lalu saja.

Sementara itu, di Rusia, kematian akibat virus corona mencapai rekor harian lain pada Selasa (6/7). Pihak berwenang melaporkan 737 kasus kematian lagi. Penghitungan harian infeksi yang dikonfirmasi telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam sebulan terakhir, melonjak dari sekitar 9.000 pada awal Juni menjadi lebih dari 23.000 minggu ini.

Peringatan itu datang di tengah kekhawatiran baru atas varian Delta coronavirus baru, yang pertama kali terdeteksi di India pada bulan April. Varian baru, yang dianggap sebagai varian yang paling menular, kini telah menyebar ke hampir 100 negara di seluruh dunia.

Para ahli mengatakan lebih dari 80% populasi suatu negara perlu diinokulasi untuk menahannya. Target itu cukup menantang bahkan untuk negara-negara dengan program vaksinasi lanjutan. Varian ini sekarang bertanggung jawab atas lebih dari 90% dari semua infeksi baru di Inggris dan sekitar 30% di Amerika Serikat.

Tes laboratorium telah menunjukkan itu lebih tahan terhadap vaksin dibandingkan dengan bentuk lain dari virus corona. Namun, ada bukti bahwa tusukan yang tersedia mempertahankan efektivitas penting terhadapnya setelah dua dosis.(Bes).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here