Home Internasional Proyek Belt And Road China Ancam Kesepakatan Iklim Paris 2015

Proyek Belt And Road China Ancam Kesepakatan Iklim Paris 2015

0
SHARE

Matanurani, Jakarta –  Pengembangan ambisius Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) China dapat membuat tujuan iklim Paris tidak dapat dijangkau.

Sebagai informasi, BRI merupakan proyek infrastruktur global raksasa yang akan membangun jaringan pelabuhan, kereta api, jalan raya, dan taman industri raksasa yang membentang di sejumlah wilayah di Asia, Afrika, Timur Tengah, dan Eropa.

Diperkirakan bahwa proyek ini akan menghasilkan triliunan dolar AS yang diinvestasikan dalam infrastruktur baru di 126 negara. Hal itu pun akan membangun perekonomian negara yang terkait.

Namun di sisi lain, sejumlah analis memperingatkan soal dampak lingkungannya yang dapat membahayakan dan mengancam tujuan kesepakatan iklim Paris yang disepakati tahun 2015 lalu.

Pembangunan BRI diperkirakan akan memunculkan resiko yang signifikan, seperti menghasilkan emisi gas rumah kaca yang cukup untuk menggagalkan tujuan kesepakatan iklim Paris.

Tujuan kesepakatan itu sendiri adalah untuk membatasi suhu naik jauh di bawah dua derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Pusat Keuangan dan Pembangunan Tsinghua menilai, bahwa 126 negara yang terlibat dalam BRI, kecuali China, saat ini merupakan 28 persen penyumbang emisi buatan manusia.

Bukan hanya itu, diperkirakan sejumlah negara seperti Rusia, Iran, Arab Saudi dan Indonesia perlu upaya ekstra untuk menurunkan emisi karbon 68 persen pada tahun 2050 mendatang. Tujuannya adalah untuk menjaga dunia pada jalur pemanasan dua derajat Celcius.

“Kami memiliki skenario bisnis-seperti-biasa yang mengatakan jika Anda terus seperti itu maka bahkan jika setiap negara lain di planet ini, termasuk Amerika Serikat, Eropa, China dan India, berjalan di jalur dua derajat Celcius, ini masih akan meledakkan anggaran karbon,” kata analis senior di Pusat Tsinghua, Simon Zadek.

“Dinamika pertumbuhan BRI sangat besar sehingga jika Anda salah menilai karbon (emisi), tidak masalah lagi apa yang dilakukan orang lain,” tambahnya, seperti simuat Channel News Asia.

China sendiri saat ini merupakan negara pencemar top dunia. Negara ini memproduksi sekitar 30 persen CO2 buatan manusia, meskipun berdasarkan per kapita emisinya kira-kira setara dengan Eropa.

Zadek mengatakan, China perlu memiliki kebijakan yang konsisten berkenaan dengan emisi, baik di dalam maupun luar negeri di negara-negara BRI.(Rmo).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here