Matanurani, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan total belanja pemerintah yang sudah dianggarkan untuk meminimalisir dampak penyebaran virus corona atau Covid-19 mencapai Rp 160 triliun, atau tepatnya 158,2 triliun.
Jumlah tersebut terdiri dari jumlah stimulus pertama yang diluncurkan 25 Februari 2020, stimulus kedua yang diluncurkan 13 Maret 2020, dan juga pelebaran defisit anggaran dalam APBN hingga Rp 125 triliun atau 0,8 persen terhadap PDB.
“Stimulus kedua totalnya di luar bea masuk itu Rp 22,9 triliun. Ditambahkan kita ada pelebaran defisit anggaran sebesar 0,8 persen atau setara dengan Rp 125 triliun, ditambah lagi dengan stimulus paket pertama yang sudah diluncurkan sebesar Rp 10,3 triliun. Sehingga total paket yang dikeluarkan sekitar Rp 160 triliun (Rp 158,2 triliun). Ini semua yang dikeluarkan sampai sekarang dan kami terus mempelajari dampak dari Covid-19,” kata Menko Airlangga dalam konferensi pers di kantor Kemko Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/3).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, berbagai stimulus yang dikeluarkan pemerintah dalam upaya meminimalisir dampak corona diperkirakan akan memicu pelebaran defisit APBN 2020 sekitar 0,8 persen, dari target awal 1,7 persen menjadi 2,5 persen.
“Kalau dari sisi APBN sebagai instrumen fiskal, kami melihat dan mungkin sudah melihat dan berencana bahwa APBN kita defisitnya akan meningkat menjadi 2,5 persen dari PDB (produk domestik bruto). Artinya fiskal kita memberikan stimulus sebesar 0,8 persen dari GDP original plan, nilainya itu Rp 125 triliun sendiri,” ujar Sri Mulyani.
Defisit yang lebih besar ini terjadi karena kondisi belanja tidak ditekan, tetapi penerimaan mengalami penurunan. “Belanja tidak direm, tapi penerimaan mengalami penurunan. Kita akan lihat bahwa APBN memberikan dampak suportif kepada ekonomi sebesar hampir 0,8 persen dari PDB sendiri,” kata Sri Mulyani.(Bes).