Matanurani, Jakarta – Cadangan devisa (cadev) pada bulan April 2020 meningkat. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi cadev pada akhir bulan lalu sebesar US$ 127,9 miliar atau lebih tinggi dari posisi akhir Maret 2020 yang sebesar US$ 121,0 miliar.
Menurut Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko, peningkatan cadev pada April 2020 terutama dipengaruhi oleh penerbitan global bond pemerintah.
Dengan penguatan cadev tersebut, berarti bantalan pertama untuk stabilisasi nilai tukar rupiah akan semakin kuat. Namun, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengingatkan Indonesia jangan terlalu terlena.
“Ini strategi stabilitas rupiah yang sangat semu. Kekuatan untuk menyerap valuta asing (valas) lewat surat utang ada batasnya,” kata Bhima, Jumat (8/5).
Selain itu, saat ini The Fed juga tengah menggelontorkan kebijakan quantitative easing (QE) sehingga mendorong pasokan dollar untuk masuk ke Indonesia. Namun, Indonesia juga perlu waspada, apalagi mengingat pola historisnya.
“Belajar di tahun 2013 di mana The Fed melakukan tapering off malah memicu pembalikan arah modal asing. Jadi harus waspada,” tambah Bhima.
Lebih lanjut, ia memperkirakan, di sepanjang tahun 2020 ini, cadev Indonesia berpotensi masih menguat. Namun, Indonesia tetap harus berjaga-jaga dengan aliran hot money pada saat terjadi pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS).
Kuda-kuda yang bisa dipasang adalah dengan memperkuat fundamental ekonomi, khususnya indikator kemampuan membayar utang seperti debt service ratio serta memperbaiki rasio utang terhadap PDB.
Selain itu, untuk memperkuat jumlah devisa yang ada, Indonesia juga bisa menggenjot ekspor dan sektor pariwisata bila Covid-19 ini bisa selesai di pertengahan semester II. Sebab, penerimaan valas dari ekspor dan pariwisata juga berkontribusi pada devisa.(Ktn).