Matanurani, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Januari 2020 terjadi inflasi sebesar 0,39%. Angka inflasi tersebut didapat menggunakan acuan tahun dasar 2018 yang berbeda dibanding rilis inflasi pada bulan bulan sebelumnya.
Pada tiap rilis sebelumnya, BPS menggunakan acuan tahun dasar 2012. Dari tahun dasar itu BPS melakukan pemantauan hanya dilakukan di 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK). Sementara di tahun dasar yang baru, BPS melakukan pemantauan kepada 90 kota IHK.
“Inflasi Januari 2020, secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Hasil pemantauan di 90 kota IHK, terjadi inflasi sebesar 0,39%. Inflasi tahun kalender sama, inflasi yoy 2,68%,” kata Kepala BPS, Suhariyanto dalam penyampaian rilis di kantor BPS Jakarta, Senin (3/2).
Dari 90 kota IHK yang dipantau oleh BPS, terdapat 79 kota yang mengalami inflasi sedangkan 11 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi tercatat mencapai 1,44% di Meulaboh yang disebabkan oleh naiknya harga komoditas ikan dan rokok kretek filter.
Deflasi tertinggi terjadi di Bau Bau sebesar 1,39% lantaran adanya penurunan tarif angkitan udara diikuti dengan peneurunan harga komoditas ikan.
Lebih lanjut, Suhariyanto memaparkan, pada barang komoditas inflasi tertinggi terjadi pada barang makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,26%.
“Makanan, minuman dan tembakau terjadi inflasi 1,26% dan memberikan andil sebesar 0,41% kepada inflasi Januari 2020,” terang Suhariyanto.
Berdasarkan komponen, inflasi terbesar terjadi pada volatile price (harga bergejolak) sebesar 1,93% dan memberikan andil pada inflasi Januari 2020 sebear 0,32%.
“Untuk volatile ada kenaikan harga cabai merah, cabai rawit, ikan segar, minyak, beras dan sebagainya. Jadi inflasi pada Januari 2020 ini disebabkan oleh komoditas yang harganya bergejolak,” jelas Suhariyanto.
Sementara komoditas yang mengalami deflasi ialah transportasi sebesar 0,89% dan berkontribusi pada tingkat deflasi sebesar 0,11%. Suhariyanto mengatakan, terjadinya deflasi di sektor transportasi lantaran terjadi penurunan tarif angkutan udara di berapa wilayah dan habisnya masa liburan.
“Ada penurunan tarif angkutan udara, dikarenakan masa liburan sudah habis, sehingga pada Januari 2020 terjadi penurunan tarif angkutan udara dan memberikan andil pada deflasi 0,07%,” terangnya.
“Penurunan tiket terjadi di 58 kota, penurunan tertinggi di Padang Sitempuan, Palangka Raya, Kupang di mana penurunannya sampai 16%. Sementara di Manado, Tual dan Bau Bau turun 14%. Itu yang menyebabkan taruf angkutan udara memberi andil deflasi 0,07%,” tambah Suhariyanto.
Bahan bakar minyak juga turut memberikan andil kepada deflasi di sektor transportasi. Hal itu berdasarkan kebijakan pemerintah untuk menurunkan tarif pertamax dan pertamax turbo beberapa waktu lalu.
“Ada penurunan harga dari kebijakan pemerintah di pertamax dan pertamax turbo, sehingga andilnya 0,06%. Itu yang menyebabkan transportasi mengalami deflasi 0,89% dan sumbagannya 0,11%,” papar Suhariyanto.
Sebagai informasi, rilis inflasi Januari 2020 tidak sepadan dibandingkan dengan rilis yang telah dilakukan di bulan atau tahun sebelumnya. Hal itu karena acuan tahun dasar yang digunakan pada 2020 telah berubah menjadi tahun dasar 2018. Sementara sebelumnya BPS menggunakan acuan tahun dasar 2012.
Terdapat perbedaan antara acuan tahun dasar 2012 dan 2018, di antaranya ialah cakupan kota yang semula hanya 82 menjadi 90, paket komoditas semula 859 menjadi 835 serta pengelompokkan pengeluaran yang sebelumnya 7 menjadi 11. (Mei).