Matanurani, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi Juni 2018 sebesar 0,59% (mtm). Angka ini lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi di Lebaran 2017.
Adapun inflasi tahun kalender Juli adalah 1,90%. Sementara, inflasi tahunan Mei 2018 sebesar 3,12% (yoy).
“Berbagai komoditas Juni di 82 kota mengalami kenaikan. Dengan demikian inflasi sebesar 0,59%,” ujar Kepala BPS Kecuk Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (2/7).
Menurut Kecuk, perolehan inflasi Lebaran tahun ini tidak lepas dari kinerja pemerintah dan Bank Indonesia dalam menjaga laju inflasi.
“Kita apresiasi kinerja pemerintah. Dari dalam 82 kota yang terjadi inflasi. Kota Tarakan menjadi yang tertinggi 2,71%,” ujarnya
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudistira, kendati ada dorongan Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan ke Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan swasta saat Lebaran, secara umum dorongan kenaikan harga di sisi permintaan masih lemah.
Oleh karena itu, harga kebutuhan pokok tidak mengalami lonjakan karena penjual takut naikan harga karena daya beli masyarakat masih lemah.
“Ini bisa dicek dari inflasi inti bulan Mei saat Ramadan lebih rendah dari inflasi inti awal tahun Januari. Proyeksinya untuk Juni sebesar 0,3% alias lebih rendah dari Juni 2017 yang sebesar 0,69%,” tuturnya.
Menurutnya, inflasi tersebut wajar secara musiman dari naiknya harga transportasi khususnya transportasi udara karena arus mudik Lebaran dan naiknya biaya bahan bakar avtur pesawat mnyesuaikan harga minyak dunia.
Dia melanjutkan, ada yang perlu dicermati pada inflasi semester II, di mana akan merangkak naik karena harga BBM non subsidi semakin mahal akibat liarnya harga minyak mentah dunia. Pelemahan kurs Rupiah menciptakan imported inflation khususnya di produk makanan minuman.
“Terakhir soal kenaikan bunga acuan yg segera direspon oleh bank dengan naikan bunga kredit diperkirakan menambah biaya produksi yang akan direspon dengan naikan harga barang-barang penjual,” tuturnya.(Oke).