KITA harus mensyukuri bahwa potensi ekonomi dan industri Indonesia sangat kaya bila dilihat dari posisi strategis dan luas wilayah. Kita juga memiliki modal dasar sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah.
Meskipun potensi ekonomi sangat besar, Indonesia masih menghadapi permasalahan akut sampai saat ini, termasuk diantaranya masalah kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan ekonomi yang masih cukup tinggi. Penyebabnya karena dari sisi mutu sumber daya manusia, pendidikan tenaga kerja rata-rata masih rendah, yakni 67% tidak lulus SMP dan tersebar lebih besar di pedesaan dan daerah pinggiran. Selain itu pendidikan dan pelatihan SDM masih berbasis pendidikan umum, dan belum sesuai kebutuhan industri.
Sementara dari Sumber Daya Alam, tata kelola pertanahan (lahan terlantar dan alih fungsi), dan reforma agraria masih belum efektif dilaksanakan. Dan produk-produk unggulan daerah atau desa belum diolah untuk menghasilkan nilai tambah.
Dari sisi makro, pertumbuhan ekonomi masih di angka 5%, padahal potensinya bisa di atas 7%. Kontribusi industri manufaktur masih rendah (sekitar 20% dari PDB, menurun dari 28% tahun 2001). Sumber pembiayaan pembangunan juga masih bertumpu pada utang luar negeri, sementara iklim usaha masih perlu terus dibenahi walau sudah jauh lebih baik.
Kita juga belum memiliki Kebijakan Industri yang komprehensif dengan pilihan unggulan industri. Kebijakan yang ada terlalu broadbase sehingga kurang terasa bagi sektor-sektor yang berbasis kerakyatan. Fasilitas dan insentif berusaha juga tidak fokus pada industri pengolahan bahan baku yang 100% domestik. Serta masih terbatasnya infrastruktur untuk industrialisasi (klaster-kawasan, energi, transportasi) terutama di lokasi bahan baku sampai ke kawasan industri. Akibatnya produk-produk industri kita yang diekspor masih berupa produk primer atau produk yang bahan bakunya lebih banyak impor. Inilah sebagian persoalan yang perlu diatasi dengan mendorong industrialisasi.
Kita perlu lebih optimis. Kita pasti bisa. Kita telah menyaksikan begitu banyak perubahan signifikan sejak awal pemerintahan Presiden Jokowi. Perubahan paradigma pembangunan mulai terasa, dari ekonomi yang dulu auto pilot menjadi lebih terarah, dari ekonomi berbasis konsumsi menjadi lebih berbasis produksi, dan membangun mulai dari pinggiran dan desa untuk mencapai kemakmuran yang berkeadilan.
Kita sedang menyaksikan semaraknya pembangunan infrastruktur yang meyebar mulai dari Aceh hingga Papua, di pusat kota hingga daerah perbatasan, pembangkit listrik, dan pembangunan waduk/ embung mengairi pertanian, pembangunan jalan, jembatan, irigasi, dan sebagainya. Semuanya terjadi lebih gencar lagi di daerah pedesaan dengan dana desa hampir Rp 1 milyar per desa.
Kita perlu yakin dan optimis bahwa tantangan dan persoalan di atas bisa diatasi dengan Industrialisasi.
Oleh karenanya, kita perlu memiliki industri unggulan/ prioritas yang didukung dengan kebijakan industri. industrialisasi Indonesia haruslah mengikuti prinsip-prinsip inklusivitas dengan melibatkan low skilled labour, menyebar ke seluruh daerah, dan berorientasi pada value added, value chain, dan supply chain global.
Strategi dan arah kebijakannya harus tepat dan fokus pada industri prioritas. Industri prioritas yang dipilih harus memiliki potensi besar sebagai lokomotif dan motor penggerak ekonomi melalui backward dan forward linkages. Kemudian memiliki basis bahan baku lokal (keunggulan komparatif) sehingga terjamin kelanjutannya.
Untuk itu, KEIN (Komite Ekonomi dan Industri Nasional) yang dibentuk oleh Presiden Jokowi telah melakukan kajian mendalam dengan melibatkan sejumlah pakar, pejabat senior, dan praktisi bisnis domestik dan internasional, telah menyusun Roadmap Industrialisasi Indonesia 2045. KEIN mengajukan kepada Presiden tentang pilihan industri prioritas pada 4 sektor, yaitu industrialisasi Pertanian dan Kehutanan, Maritim, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif. Sektor-sektor inilah yang menghidupi lebih dari 80 % kehidupan rakyat. Justru karena menyentuh ekonomi rakyat maka Indonesia perlu fokus pada pembangunan 4 industri prioritas ini.
Industrialisasi dimaknai sebagai hilirisasi dengan menghasilkan nilai tambah terbesar berbasis produk unggulan daerah. Untuk itu, dibutuhkan dukungan Kebijakan meliputi pendidikan vokasi dan ristek, termasuk penerapan Industri 4.0 dan teknologi digital.
Kita perlu menyiapkan lokasi industri berupa Cluster dan Kawasan khusus yang dilengkapi dengan pasokan energi, air bersih, broadband IT, infrastruktur, insentif investasi, dan ssbagainya yang dapat menarik dunia usaha dan investor masuk. Kita juga perlu mendorong wirausaha baru yang inovatif dan terlatih/ profesional.
Melalui industrialisasi, Indonesia akan lebih cepat mencapai kemakmuran yang berkeadilan dengan fokus pada 4 sektor ekonomi kerakyatan dimaksud.





































