Matanurani, Jakarta – Laju pertumbuhan industri pengolahan menunjukkan pertumbuhan yang tak menggembirakan di kuartal I-2020. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan industri pengolahan hanya 2,06% yoy atau melorot dari kuartal I-2019 yang sebesar 3,85% yoy.
“Penyebab utama perlambatan adalah melambatnya industri pengolahan non minyak dan gas (non-migas),” kata Kepala BPS Suhariyanto, Selasa (5/5) via video conference.
Industri non migas tercatat tumbuh sebesar 2,01% yoy di kuartal pertama tahun ini. Capaian ini lebih rendah dari pertumbuhan kuartal I tahun lalu yang sebesar 4,80% yoy. Perlambatan industri ini terindikasi dari impor bahan baku yang terkontraksi dan ekspor komoditas industri non migas yang juga tumbuh melambat.
Suhariyanto pun memerinci beberapa lapangan usaha dalam industri nonmigas banyak yang mengalami kontraksi, ada yang mengalami pelemahan pertumbuhan, tetapi ada pula yang mengalami peningkatan pertumbuhan.
Salah satunya industri makanan dan minuman. Industri ini tercatat tumbuh melambat sebesar 3,94% yoy setelah tumbuh 6,77% yoy pada kuartal I-2020. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya permintaan luar negeri. “Berkurangnya demand tercermin dari terkontraksinya ekspor komoditas makanan dan minuman di kuartal pertama ini,” tambah Suhariyanto.
Pun industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional tercatat tumbuh 5,59% yoy setelah di kuartal pertama tahun lalu mencapai 11,53% yoy. Laju pertumbuhan industri ini di kuartal I-2020 didukung oleh peningkatan produksi barang kimia dan obat-obatan untuk memenuhi permintaan dari luar negeri. Selain itu, dari dalam negeri, ada indikasi lonjakan permintaan domestik akibat mewabahnya virus Covid-19. (Ktn).