Home Nasional Pemerintah Tepis Isu Deindustrialisasi

Pemerintah Tepis Isu Deindustrialisasi

0
SHARE

Matanurani, Jakarta – Pemerintah menegaskan bahwa Indonesia saat ini tidak mengalami deindustrialisasi. Pasalnya pertumbuhan dan kontribusi industri manufaktur ke perekonomian masih kuat.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia kini berada di peringkat ke-5 berdasarkan kontribusi industri manufaktur ke pendapatan domestik bruto (PDB). Adapun, kontribusi industri manufaktur terhadap PDB pada 2017 mencapai 20,2%, di bawah Jerman (20,7%), Jepang (21%), Korea Selatan (27,6%), dan Cina (29,3%).

“Standar baru [kontribusi industri manufaktur ke PDB] itu di 16,5%, karena dari 16,5% itu ada yang namanya service related to the industry,” ujarnya, Senin (15/4).

Menurutnya, implementasi industri 4.0 berpotensi menaikkan PDB sebesar 1%–2% atau senilai Rp125 miliar–Rp150 miliar pada 2025. Selain itu, juga terdapat potensi terbukanya 22 juta pekerjaan baru, di mana 4,5 juta di antaranya berasal dari industri manufaktur seperti alat internet of things (IoT) dan artificial intelligence (AI).

“Sisanya, 12,5 juta [pekerjaan baru pada] service related to the manufacture.”

Airlangga menuturkan ada 5 sektor industri yang difokuskan untuk mengimplementasikan industri 4.0 yakni otomotif, elektronik, makan dan minuman (mamin), kimia, dan tekstil dan produk tekstil.

Dia meneyatakan sudah ada 300 perusahaan domestik yang menggunakan INDI 4.0 yang merupakan standar acuan untuk mengukur kesiapan perusahaan bertransformasi ke era industri 4.0.

INDI 4.0 memiliki rentang penilaian 0-4 yang berarti sudah menerapkan (4) dan belum siap (0). Adapun, perusahaan di dalam negeri memiliki nilai rata-rata 2,14. “Artinya, di antara negara [anggota] Asean, Indonesia dan Vietnam itu tertinggi di atas negara-negara lain,” katanya.

Airlangga melanjutkan belum semua perusahaan di Jerman, yang menjadi pelopor industri 4.0, telah mencapai nilai 4.(Bis).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here