Matanurani, Kediri – Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko mengingatkan agar para petani-petani Indonesia tidak lagi alergi terhadap teknologi.
Hal tersebut dikatakannya saat menghadiri panen raya Jagung yang bertema “Guyub Panen Nusantara” di Desa Mejono, Kec. Plemahan, Kab. Kediri, Kamis (18/10).
“Para petani harus mengadopsi teknologi dengan sungguh-sungguh. Jangan alergi dengan teknologi,” tutur Kepala Staf Kepresidenan Indonesia ini.
Hal tersebut diungkapkan oleh mantan Panglima TNI ini karena masalah penurunan jumlah lahan pertanian di Indonesia. Maka menurutnya perlu intensifikasi produktivitas memanfaatkan lahan yang sempit agar bisa lebih menghasilkan lebih banyak.
Untuk itu Moeldoko menyambut positif acara panen raya jagung tersebut. Menurutnya penerapan sistem tanam rapat itu menjadi solusi peningkatan produktivitas dari jagung pipil.
Sekadar informasi dalam acara ini yang dipanen adalah jagung BISI 18 dari PT.BISI International. Perbedaannya jagung ini dapat ditanam menggunakan sistem tanam jarak rapat 60 cm x 15 cm.
Sistem itu disebut bisa meningkatkan populasi hingga 100 ribu tanaman per hektare. BISI mengklaim dengan itu hasil produksi panen bisa mencapai 12,8 ton pipil kering per hektare.
Selain itu HKTI dengan PT. BISI dan PT Charoen Pokphand Indonesia melakukan penandatanganan MoU kerja sama.
Moeldoko menyatakan bahwa kerja sama tersebut wujud dari sinergi antara HKTI sebagai wadah organisasi petani Indonesia, BISI sebagai penyedia benih jagung hibrida dan bimbingan teknis budidaya, serta CPI sebagai pembeli siaga yang siap membeli berapa pun jumlah panen petani sesuai harga pasar yang berlaku.
“HKTI akan mengambil posisi sebagai institusi penjembatan yang punya hubungan yang bagus, pemerintah daerah, sosial enterprise, periset, pendekatan teknologi, hasil riset, adanya pembeli, maka semua akan berjalan baik,” pungkasnya.(Ktn).