Matanurani, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui sejumlah industri di Indonesia terkena dampak wabah virus corona yang kini sudah masuk Indonesia. Dampak yang paling dirasakan adalah soal pasokan bahan baku industri dalam negeri yang terhambat dari China.
“Kita lihat PMI (Purchasing Managers Index Manufaktur) di China kan turun 35,1. Artinya mereka industri ini hampir berhenti. Sehingga sektor-sektor terdampak, apakah itu elektronika, bahan baku farmasi, dan bahan baku tekstil, maupun baja diperhatikan,” kata Airlangga.
Pada Februari, angka PMI manufaktur Indonesia berada di 51,9. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atas 50 berarti industriawan sedang ekspansif.
Sedangkan National Bureau of Statistics of China merilis angka PMI manufaktur Negeri Tirai Bambu edisi Februari yang sebesar 35,7. Tidak hanya jauh lebih rendah ketimbang bulan sebelumnya, tetapi juga yang terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI.
Pemerintah akan memberikan kemudahan impor bagi bahan baku impor untuk industri agar lancar seperti perizinan dan syaratnya.
Apalagi berdasarkan catatan pemerintah, sudah ada 500 perusahaan manufaktur sudah dianggap jadi importir yang baik. Bagi importir yang baik diharapkan dipermudah tidak perlu ada lagi ketentuan lartas (larangan dan pembatasan).
“Dari segi ekonomi kan namanya barang harus menjaga bahwa barang itu yang ketergantungan dari Wuhan ini itu kan industri elektronik, farmasi, dan sebagainya itu dicari alternatif impornya yang lain dari mana. Tentunya atau value chain-nya didorong. Atau kapasitas yang ada bisa kita tingkatkan sekarang. Jadi ini ada kesempatan juga untuk manufaktur,” katanya.
Selain bantuan pemerintah, pelaku usaha juga melakukan pengalihan pembelian bahan baku dari China, termasuk dari Kota Wuhan. Nilai pengalihan impor bahan bakunya cukup besar tergantung sektor industri.
“Ya ada sektor baja 1 koma sekian billion, sektor elektronik mendekati 2 billion. Itu masing-masing per komoditas,” kata Airlangga.(Cnb).