Home News Analisis Reza Indragiri Nilai Pledoi Ferdy Sambo Fatal dan Tidak Sungguh-Sungguh Menyesal

Analisis Reza Indragiri Nilai Pledoi Ferdy Sambo Fatal dan Tidak Sungguh-Sungguh Menyesal

0
SHARE

Matanurani, Jakarta – Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menyampaikan analisis terhadap nota pembelaan pribadi (allocution) Ferdy Sambo (FS) dalam sidang perkara pembunuhan berencana terhadap Nofriyansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.

Menurut Reza, yang dinantikan dari nota pembelaan pribadi terdakwa adalah ekspresi akuntabilitas, perasaan bersalah dan permintaan maaf.

“Serta kesungguhan untuk bertanggung jawab,” kata Reza Indragiri melalui keterangan persnya, Rabu (25/1).

Reza lantas membuat poin-poin tentang alur allocution yang disampaikan eks kadiv Propam Polri Ferdy Sambo, sebagai berikut:

1. Mengecam publik yang telah menghakimi dirinya

2. Menggambarkan dampak sikap publik terhadap dirinya dan keluarganya

3. Membingkai pemerkosaan oleh Brigadir Yosua sebagai titik awal peristiwa

4. Menekankan itikadnya untuk menolong Y dan menyelamatkan Bharada Rizhard Eliezer (RE) alias Bharada E

5. Penyesalan dan permohonan maaf kepada keluarganya sendiri

6. Penyesalan dan permohonan maaf kepada Kuat Ma’ruf, Ricky Rizal, dan Bharada E

7. Permintaan akan putusan hakim yang adil dengan pertimbangan seobjektif mungkin

8. Doa dengan mengutip ayat Injil.

Dalam evaluasinya, sarjana psikologi UGM Yogyakarta itu menyebut Sambo sejak awal justru memperteguh kesan menyerang (agresif ofensif), tetapi dengan kemasan rendah hati.

Kemudian, Reza menilai uraian suami Putri Candrawathi itu tentang kronologi peristiwa sesungguhnya tidak terlalu dibutuhkan. Toh, akan disampaikan secara lebih rinci oleh penasihat hukum (PH).

“Allocution semestinya memuat pesan dan tata kalimat yang lebih personal, tidak repetitif dan tumpang tindih dengan kalimat-kalimat formal dalam nota pembelaan PH,” tutur Reza.

Pria yang pernah mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK/PTIK) itu menyebut Ferdy Sambo knnsisten sebagaimana di awal, di akhir pun terdakwa menegaskan betapa dia berhadap-hadapan dengan masyarakat.

Paling mengejutkan sekaligus fatal, katanya, Ferdy Sambo ‘lupa’ akan satu hal, yakni dia tidak menjadikan allocution-nya sebagai media untuk berinteraksi dengan keluarga Y.

“Pada poin itulah sesungguhnya Sambo dapat membangkitkan reputasi humanisnya dengan semaksimal mungkin,” ujar penyandang gelar MCrim dari University of Melbourne Australia itu.

Reza menyebut itu semua memunculkan tafsiran bahwa Sambo tidak sungguh-sungguh menyesal atas perbuatannya, tetapi dia justru menyesali proses penegakan hukum dan penyikapan publik.

Namun demikian, Reza mengatakan Ferdy Sambo tidak usah terlalu risau. Sebab, nota pembelaan pribadi, di mata hakim, bukan merupakan hal yang paling menentukan berat ringannya hukuman.

“Nota pembelaan PH, disusul nota tuntutan jaksa, itulah yang lebih menarik perhatian hakim,” kata Reza Indragiri.(Jen).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here