Home News Pak Jokowi Awas! Indonesia Jangan Sampai Nasibnya Kayak Argentina

Pak Jokowi Awas! Indonesia Jangan Sampai Nasibnya Kayak Argentina

0
SHARE

Matanurani, Jakarta – Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari laga persahabatan FIFA Matchday Indonesia versus Argentina, yang berlangsung kemarin malam Senin (19/6).

Dari sepakbola Argentina, Indonesia bisa belajar sebuah kemenangan. Namun dari sisi ekonomi Argentina, Indonesia bisa belajar arti sebuah kegagalan.

Argentina merupakan salah satu negara yang terperangkap dengan status negara berpendapatan menengah alias middle income-trap terlama di dunia. Negara Amerika Latin ini telah hidup dalam perangkap ini sejak lama.

Ekonom asal Argentina Levy Yeyati bahkan menyebut, masih banyak para ahli yang memperdebatkan apakah stagnasi sekuler negara itu dimulai pada 1970-an atau pada 1930-an.

“Yang jelas ada kegagalan ekonomi pembangunan, mulai dari strategi substitusi impor pasca perang yang gagal hingga salah urus stabilitas ekonomi makro,” jelas Yeyati dilansir dari sebuah media online di Amerika Serikat, Americas Quarterly, dikutip Selasa (20/6).

“Divergensi yang melebar dalam dua dekade terakhir, berkontribusi pada ketidakseimbangan fiskal, mata uang yang lemah, dan bias anti-perdagangan yang memicu kerapuhan keuangan dan penurunan ekonomi Argentina,” kata Yeyati lagi.

Bahkan sebuah makalah baru-baru ini yang dirilis oleh para ekonom dari Bard College dan Bank Pembangunan Asia (ADB), dengan kategori ekonomi negara berdasarkan nilai daya beli.

Makalah tersebut menyimpulkan bahwa daya beli US$ 10.750 adalah ambang batas pendapatan per kapita di mana suatu negara adalah pendapatan tinggi. Sementara US$ 7.250 menjadi pendapatan menengah ke atas.

Dengan kriteria tersebut, Argentina menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas pada tahun 1970, dan kemudian terjebak dalam kategori tersebut sebelum mencapai status berpenghasilan tinggi.

Pada dekade 80 dan 90, Argentina juga sempat diramal menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia. Alasannya karena Argentina saat itu memiliki bonus demografi dengan jumlah penduduk produktif lebih besar ketimbang non produktif.

Namun nyatanya, 2-3 dekade berselang, Argentina tak kunjung bisa lepas dari middle income trap. Argentina gagal memanfaatkan bonus demografinya untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

International Monetary Fund (IMF) mencatat selama periode 2000-2022, ekonomi Argentina tercatat sudah 10 kali mengalami kontraksi, alias pertumbuhan negatif. Sementara Indonesia, baru satu kali mengalami kontraksi pada 2020, itu juga karena pandemi Covid-19.

Kegagalan Argentina lepas dari middle income trap juga salah satunya adalah ketergantungan yang tinggi terhadap komoditas mentah sebagai pendorong perekonomian.

Argentina memiliki kekayaan sumber daya alam seperti lithium dan gas alam. Perekonomian mereka banyak bergantung pada ekspor komoditas itu.

Kendati demikian, fluktuasi harga komoditas membuat perekonomian mereka naik turun sehingga tidak stabil. Pun, hilirisasi sumber daya alam yang menjadi kunci untuk menambah perekonomian, juga tidak sepenuhnya dijalankan oleh Argentina.

Indonesia yang digadang-gadang menjadi negara maju pada 2045, jangan sampai sama nasibnya dengan Argentina yang terjebak dalam lembah middle income trap dalam waktu yang cukup lama.(Cnb).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here