Home Nasional Zero Sum Game Industri Gula lokal Versus Gula Impor

Zero Sum Game Industri Gula lokal Versus Gula Impor

0
SHARE

Oleh, Eko Handoko Hasian

IMPOR gula menjadi sorotan yang cukup tajam beberapa tahun belakangan ini di Indonesia karena berdampak pada tak terserapnya produksi gula lokal sehingga industri gula tanah air terancam tutup.

Dalam era perdagangan bebas daya saing sebuah produk merupakan persaingan yang tidak dapat dihindari. Pasar akan selalu mencari dan membeli produk yang lebih murah maupun lebih berkualitas. Dalam konteks gula ada 2 (dua) hal yang mengakibatkan harga gula impor dan gula lokal memiliki disparitas harga yang cukup signifikan yaitu:

1.Kualitas bibit tebu dan metode perawatan penanaman berakibat kepada rendemen tebu luar negeri berkisar 14-15 persen sedangkan di Indonesia hanya 7-9 persen sehingga dengan hasil dan biaya produksi yang sama jumlah gula yang dihasilkan cukup berbeda.

2.Kualitas teknologi pasca panen dan pabrik gula. Hal ini sangat berpengaruh terhadap efisiensi dan berujung kepada biaya produksi atau harga pokok produksi gula tersebut.

Kurang bijaksana apabila kita hanya menyalahkan pemerintah yang mengeluarkan kuota impor gula atau juga pengusaha yang mengimpor gula. Karena sesungguhnya disparitas harga yang menjadi akar penyebabnya.

Disisi lain pabrik gula maupun petani tebu rakyat maupun BUMN juga harus tetap berkelangsungan demi menciptakan kemandirian dan kedaulatan pangan nasional.

Seyogyanya pemerintah dan asosiasi petani dan produsen gula nasional duduk bersama merumuskan apa yang menjadi strategic plan di masa yang akan datang. Hal ini sangat penting mengingat kondisi perkebunan tebu dan pabrik gula nasional terancam punah apabila tidak ada solusi yang logis dan implementatif.

Hasil dari solusi tersebut juga diharapkan menghasilkan keputusan yang tegas dalam bentuk perubahan dan atau pembuatan peraturan tertentu sehingga semua pihak dapat berjalan sesuai strategic plan yang Sustain (berkelanjutan).

Seperti kata pepatah “ikan sepat ikan gabus. Makin cepat makin bagus” pemerintah diharapkan segera “action” mengatasi masalah ini. Kementerian perdagangan , Kementerian pertanian, Akademisi , PTPN, BULOG, Pabrik gula swasta, petani tebu dan Stakeholder terkait lainnya harus duduk bersama mencari solusi bagi masa depan industri gula nasional.

Info dari petani saat ini harga jual tebu di pabrik gula wilayah Jawa Timur sekitar Rp.550/kg. Petani mengeluhkan termin pembayaran yang cukup lama dari pabrik (2 bulan)  padahal mayoritas petani masih menggunakan permodalan dari perbankan maupun lembaga keuangan lainnya. Sehingga beban bunga modal semakin besar akibat lamanya termin pembayaran dari pabrik.

Salam Pertanian

Penulis adalah Praktisi dan Pengamat Pertanian Komite Ekspor Impor DPN HKTI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here