Home Nasional Siapa Raja Hutang Sesungguhnya?

Siapa Raja Hutang Sesungguhnya?

0
SHARE

Matanurani, Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa utang luar negeri Indonesia hingga November 2015 mencapai US$ 304,6 miliar atau setara Rp 4.234 triliun. Angka tersebut melonjak 2,5% dibanding Oktober 2015 dan juga naik 3,5% secara year on year.

Peningkatan utang itu didorong oleh peningkatan utang luar negeri berjangka panjang yang tumbuh 6,1 persen dibanding November 2014, dan tumbuh 5,5 persen bila dibandingkan bulan Oktober 2015.

Peningkatan utang tentu mencemaskan berbagai pihak. Partai Gerindra misalnya mengingatkan pemerintahan Jokowi tentang sudah besarnya utang negeri ini.
Ada juga hal ini dimanfaatkan sebagai amunisi untuk menyerang pemerintahan Jokowi. “Duh, Utang Jokowi Lebih Besar Ketimbang Soeharto 30 Tahun Berkuasa”, demikian judul artikel di sebuah media online yang sangat anti Jokowi.

Namun, menurut pengamatan Wakil Ketua Umum Bidang Ekonomi Partai Hanura, Dr Benny Pasaribu peningkatan utang tak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Tapi tetap hati-hati dan dijaga.

“Hal tersebut tak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Tapi memang harus lebih berhati-hati dan dijaga jangan sampai tidak mampu membayar hutang,” kata Benny yang juga anggota Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN) itu, di Jakarta, Rabu (5/7).

Berikut jumlah utang dari masa ke masa pemerintahan RI.

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, jumlah utang Indonesia mencapai US$6,3 miliar. Sebagian besar utang itu, atau US$4 miliar warisan utang Hindia Belanda

Di masa rezim Soeharto, utang pemerintah  bertambah menjadi US$ 67.328 milyar.  Dengan kurs US$ 1 sama dengan 10.000 rupiah, itu berarti utang di era Soeharto sebesar Rp 673,28 trilyun.

Sedangkan di masa pemerintahan BJ Habibie, utang Indonesia menjadi US$75.862 milyar atau setara dengan Rp758,62 trilyun.

Masa penerintahan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, utang Indonesia turun menjadi US$72.197 milyar,  atau setara dengan Rp721,97 trilyun.

Sementara pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia Volume I Februari 2010, menunjukkan pemerintahan Megawati meninggalkan utang sebesar sebesar US$83,296 milyar atau setara dengan Rp832,96 trilyun.

Dan untuk masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memerintah selama dua periode, peningkatan hutang pemerintah tercatat cukup besar. Pada periode perstama pemerintahan SBY berakhir pada tahun 2009, hutang pemerintah tercatat US$98.859 milyar atau 968,59 trilyun. Kemudian pada bulan Juli 2014, tatkala pemerintahan SBY akan mengakhiri periode kedua jabatannya, hutang luar negeri melejit menjadi US$ 134.150 miliar atau Rp1.341,5 trilyun. Jadi 10 tahun pemerintahan SBY telah membuat hutang pemerintah bertambah Rp508,23 trilyun dari Rp832,92 trilyun menjadi Rp1.341,15 trilyun.

Itu baru utang pemerintah. Apabila hutang swasta juga ikut diperhitungkan, sesuai data DJPU Kementerian Keuangan selama 10 tahun menjabat sejak 2014, pemerintahan SBY telah menambah utang luar negeri menjadi Rp1.232,31 triliun atau naik 94,82 persen hingga Agustus 2014. Angka tersebut terlihat dari posisi utang pada Desember 2004 sebesar Rp1.299,5 triliun hingga Agustus 2014 sebesar Rp2.531,81 triliun.

Dan tatkala pemerintahan SBY mengakhiri masa jabatannya pada Oktober 2014, data BI menunjukkan utang luar negeri Indonesia tembus USD 294,5 miliar atau setara dengan Rp 3.727 triliun.  Maka, penambahan utang paling dahsyat memang terjadi di era SBY. Kini, BI mengungkapkan utang luar negeri Indonesia mencapai Rp4.234 triliun. Maka, bisa dilihat sebenarnya pemerintahan siapa  yang berkontribusi besar terhadap penambahan utang tersebut. (Smn).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here